oleh Ote Abadi pada 11 Agustus 2008 jam 17:15
Mungkin
ini kurang penting bagi anda atau kamu, kau, loe, sampean, ente, ngana,
komiu, ale, tapi disini aku merasa butuh untuk menuliskannya.
Tidak
seperti orang2 bhw aku terlahir disuatu tempat pengungsian ketika
terjadi perang didaratan sulawesi sana tepatnya disebuah desa yamg
bernama Langaleso (sekitar 15 km diselatan kota Palu). Saat itu semua
panduduk kota dan sekitarnya terutama kaum wanita mengungsi ketempat
tempat persembunyian karena daerah pemukiman tengah dibombardir oleh
pesawat2 tempur dan tembakan senjata2 mesin musuh negara yang mau
mengganggu kembali kemerdekaan yang sudah kita rebut sejak tahun ’45.
Ya, saat itulah aku terlahir disebuah tempat persembunyian. Waktu itu
masih jaman orde lama, berarti sekarang aku sudah beranjak tua meski aku
adalah anak ketiga belas dari enam belas bersaudara kandung, dan aku
bangga serta bersyukur karena kehidupan telah banyak memberikan
sesuatu kepadaku walaupun masih banyak juga yang belum kudapatkan dari
kehidupan itu….
Aku tidak tahu sejauh apa pengaruh atau
bentukan perihal kelahiran itu pada pertumbuhan jiwaku, yang pasti
adalah bahwa sejak kecil aku sudah suka pergi jauh dari orang tua dan
keluarga. Saat itu aku juga sudah menyukai musik, karena hampir setiap
pagi aku selalu dibangunkan oleh suara musik lewat LP (piringan hitam)
atau radio siaran pagi yang diputar oleh ayahku. Disitu aku mulai tahu
penyanyi2 ataupun pemusik2 tenar kala itu. Penyanyi dan pemusik
Indonesia yang kukenal seperti Titik Subarjo, Onny Suryono, Alfian, Koes
bersaudara, Karsono bersaudara, Pattie bersaudara, Titik puspa sampai
pada Titik sandora dan Muchsin atau group band seperti Eka sapta, Panca
nada dll, juga penyanyi2 dan pemusik barat seperti Jim reeves, Skeeter
davis, Tom jones, Engelbert Humpardink, The Seekers, Mamas and Papas,
The Beatles, The Rolling Stones, The Bee Gees, The Monkey’s atau Tonny
Motolla dll. Akupun mulai belajar musik secara Otodidak lewat saudara2
tuaku dan lingkungan2 sekitarku.
Pada waktu masih duduk
disekolah dasar aku berpindah2 sekolah sampai 5 kali walau masih
diseputar sulawesi tengah sana dan SD aku tamatkan di SD Biromaru.
Ketika disekolah lanjutan pertama aku juga berpindah 2 kali dan yang
kedua aku tamatkan di SMEP negeri II Jakarta dijalan Pinangsia. Aku
masih ingat nama teman2ku ketika di SMEP Pinangsia, diantaranya Emin
Suparmin, Suherman, A. Syafrudin, M. Sidik, Suharyanto, Chaidir,
Mulyadi, Lilik, Cong Lily, Kholidah, Mirah, Narti dll. Sungguh aku rindu
pada mereka karena sejak perpisahan sekolah itu sampai hari ini tidak
satupun lagi dari teman2ku itu pernah kujumpa bahkan alamatnya pun aku
tak tahu. Aku kemudian me- lanjutkan di SMEA negeri 11 jakarta lalu
berpindah sekolah sebanyak 3 kali dan akhirnya aku tamat disalah satu
SMA swasta dipalu. Ketika dibangku SLA aku mulai bermain musik lebih
serius dengan beberapa kali membentuk group band bahkan aku sdh memulai
sebagai pemain profesional yang sudah mulai kontrak disebuah tempat
hiburan sementara disisi lain aku juga sudah mulai menulis lagu. Setelah
menamatkan SMA dipalu aku kuliah di APDN Makassar. Disana juga aku
beberapa kali membentuk group band bersama teman2. Dan ketika tamat
APDN pada tahun 1980 yang secara otomatis mengangkatku jadi pegawai
negeri aku berpikir akan mengubur cita2 dan keinginanku bermusik karena
aku harus kembali untuk berdinas dan aku sempat beberapa tahun kerja
dikantor Gubernur kepala daerah Sulawesi tengah.
Perkenalanku
dengan sang maestro Leo Kristi tahun 1983 membuyarkan karir PNS ku.
Sejak itu aku meninggalkan pekerjaan dan mulai menggeluti dunia musik
setelah Leo mengajakku bergabung dalam Konser Rakyat Leo Kristi…. Aku
bangga pernah menjadi bagian dari kelompok musik itu walaupun banyak
yang menyesali sewaktu aku memutuskan untuk memilih jalan ini. Ya, itu
memang wajar karena betapa tidak, teman2 yang sebaya atau seangkatan
denganku dalam karir kepegawaiannya saat ini semua sudah memegang peran
penting didaerah daerah sana.. Tapi aku berpikir untuk tidak menyesali
itu karena hidup ini tidak surut kebelakang tapi maju kedepan dan hidup
ini serba rahasia yang tidak satupun diantara kita yang mampu menebak
atau mengetahui apa yang akan tejadi, dan hidup itu kini masih berputar,
dimana sampai saat ini akupun masih sedang menjalani dan mensyukuri
anugerahNya diduniaku sendiri, yaitu dunia yang terpilih karena tuntunan
tangan dan bisikan gaib-Nya yang menuntun setiap langkahku ber- jalan
dan menggerakkan setiap sendi2 hidupku, karena aku yakin bahwa mustahil
seseorang memilih sebuah jalan kalau bukan karena bisikan jiwa yang
berada dalam genggamanNya. Album soloku “Dibalik Terali” (1989) dan “Cinta terlarang”
(1995) adalah buah tanganku yang mencatat perjalanan dunia musikku.
dan banyaknya kenangan2 manis se waktu dari panggung kepanggung,sewaktu
latihan atau sewaktu menyusuri perjalanan panjang lewat tahun2 yang
terlalui bersama KRLK, dimana ditengah pergulatan hidup itu juga aku
berjumpa dengan seorang yang wanita kucintai dan begitu setia
mendampingiku sampai saat ini, yang telah melahirkan anak2ku yang
semuanya sangat kucintai dan kusayangi membuat hidupku lebih berarti.
Akhirnya, setelah 23 tahun bersama Konser Rakyat Leo Kristi, pada tahun
2006 aku memutuskan untuk keluar karena lelah dan capek, yaa, lelah dan
capek…. Sekarang, setelah aku mengaso beberapa saat aku mulai berjalan
dan berjalan lagi untuk menyusun irama hidup kedepan, dan masih dalam
keyakinan bahwa aku ada, aku hidup, aku maju, aku berbuat karena bisikan
jiwaku yang ada dalam genggaman
NYA.. . .