Palu -- Merry, tenaga kerja wanita asal Sigi, Sulawesi Tengah, kini dirawat di Rumah Sakit Jiwa Mamboro, Palu, karena mengalami gangguan jiwa. Perempuan 24 tahun itu mengalami kondisi seperti itu akibat disiksa majikannya selama tiga bulan di negeri jiran Malaysia. Selain oleh majikan, korban mengaku disiksa agen yang memberangkatkannya, Elkarim.
Merry bersama ratusan tenaga kerja wanita dideportasi pemerintah
Malaysia tanpa alasan jelas. Merry dipulangkan ke Jakarta dengan kapal
air sekitar Oktober 2009. Sesampainya di Tanah Air, ia langsung dibawa
ke salah satu rumah sakit jiwa di Jakarta. "Waktu kami temui di
pelabuhan, kondisi Merry dan tiga rekannya sangat parah," kata Vensesia,
salah seorang pengurus Yayasan Peduli Buruh Migran, yang mengurus
pemulangan Merry, di Palu kemarin.
Awalnya, Merry sama sekali tak dapat mengingat kejadian yang
menimpanya. Hal ini membuat pihak Yayasan mengalami kesulitan
memulangkan Merry ke kampung halamannya. Namun, setelah tiga bulan
dirawat di rumah sakit jiwa, keadaannya membaik. Ia dapat memberi
keterangan mengenai daerah asalnya hingga akhirnya dipulangkan.
Merry mengaku, selama berada di Malaysia, dia diperlakukan
seperti hewan. Penganiayaan hampir tiap hari ia terima, baik oleh
majikan tempatnya bekerja maupun pihak agen yang menjadi makelar
pemberangkatannya. "Saya tiap hari dipukul," ujar Merry dengan wajah
murung dan tatapan kosong.
Selama lima tahun bekerja, ia baru sekali menerima upah. Namun
upah dan beberapa barang miliknya disita majikan karena ia dianggap tak
bekerja maksimal. "Merry masih harus menjalani beberapa terapi untuk
pemulihan," kata Vensesia, yang mendampinginya selama Merry dirawat.
Dalam sepekan terakhir, terjadi beberapa kasus kekerasan terhadap
tenaga kerja Indonesia. Seorang tenaga kerja wanita ilegal asal
Jombang, Mutanasiroh, dilaporkan hilang di Malaysia. Sementara itu,
Tatik Yanuar, tenaga kerja wanita asal Malang, yang bekerja di Arab
Saudi, disiksa selama 18 hari. Darlis | Sita PA