Pengrajin
batik Bomba Lekatu yang berdiri sejak Januari 2010 di kelurahan
Tavanjuka kecamatan Palu Selatan, binaan Dinas Perindagkop dan UKM Kota
Palu hingga kini terus mengalami perkembangan.
Pimpinan pengrajin batik Bomba Lekatu, Ahdin kepada RRI mengatakan,
sejak berdiri awalnya bermodalkan bantuan dari Dinas Perindagkop dan UKM
Kota Palu berupa peralatan cap sebanyak 18 buah. Batik Bomba yang
bahan dasarnya dari kain paris, soda as, lilin, HCL dan cap untuk
mengkombinasikan dengan berbagai macam motif dan pada umumnya dipesan
dari Pekalongan dan Yogyakarta. Sementara pembuatannya menurut Ahdin
tidak serumit tenun kain Donggala, bahkan dapat memproduksi 100 hingga
150 lembar per hari. Selama terbentuknya, usaha ini mengalami kemajuan
bahkan kewalahan memenuhi pesanan sehingga dapat dikatakan dalam
pemasarannya tidak mengalami hambatan. Dikatakan, peminat Batik Bomba
tidak hanya di Sulawesi Tengah namun juga di pulau Jawa.
Sementara salah satu kendala yang dihadapi selama ini menurut Ahdin,
berupa bahan baku, karena semuanya harus dipesan di luar daerah Sulawesi
Tengah yang memakan waktu seminggu. Sementara karyawannya hingga kini
kurang lebih 10 orang yang direkrut dari anak-anak putus sekolah. (F.15)