oleh Kahar Palloe Ashley pada 06 November 2010 jam 15:41
R E G O
. . . .Asal mula tarian ini, konon kabarnya, dahulu kala ada seorang
petani yang sedang berburu di tengah hutan mendengar suara-suara
melengking yang bersahut-sahutan. Ketika petani itu mencari sumber bunyi
tersebut, dia terkejut melihat segerombolan rusa jantan dan betina
sedang melakukan gerakan-gerakan yang ritmis serta sesekali
menghentak-hentakkan kaki mereka ke tanah, sambil mengeluarkan
suara-suara melengking yang bersahut-sahutan. Dari gerakan rusa-rusa
tersebut tarian ini diadaptasi dan ditirukan oleh masyarakat suku
Kulawi.
Di kalangan masyarakat suku Kulawi, tarian ini dibawakan secara berpasangan membentuk setengah lingkaran atau satu lingkaran, di mana pria meletakan tangannya pada bahu wanita (mo mi olo). Tarian ini tidak menggunakan alat musik sebagai pengiring, tetapi mengandalkan alunan syair yang dinyanyikan oleh wanita (no wama) lalu dibalas oleh pria yang mengeluarkan suara-suara melengking (no wuncaka). Isi syair dalam tarian ini dibawakan sesuai dengan pesta adat yang sedang berlangsung.
Petama-tama seorang pria melantunkan sebuah syair (no timbeka) lalu diikuti oleh para pria lainnya (no umpui). Selanjutnya syair tersebut dibalas oleh seorang wanita (no wama). Tarian ini semakin riuh oleh lengkingan suara para pria yang bersahut-sahutan (no wuncaka). Pada bagian-bagian tertentu dalam tarian ini, para pria akan menghentak-hentakkan kaki mereka ke tanah (no haita) dan wanita menekukkan lutut mereka (no odu). Dalam tarian ini hanya seorang wanita saja yang berperan sebagai pelantun syair, sedangkan wanita yang lain hanya melakukan gerakan-gerakan ritmis saja.
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa tarian ini tidak menggunakan alat musik sebagai pengiring. Hal ini berarti bahwa tarian rego muncul ketika masyarakat suku kulawi belum mengenal alat musik. Saat ini sangat jarang generasi muda suku kulawi yang mengetahui tarian ini, sehingga jika tidak dilestarikan, dikhawatirkan suatu saat nanti tarian ini akan punah.
Contoh syair :
Mungku ami, sirowi da bola mu ( untuk acara duka )
(Dunia hanyalah tempat tinggal sementara, Surgalah rumahmu)
Netongo mo le bengi na, nesuwu mo lentora (untuk acara pernikahan)
(Hari semakin larut malam, timbullah rasa rindu)
Di kalangan masyarakat suku Kulawi, tarian ini dibawakan secara berpasangan membentuk setengah lingkaran atau satu lingkaran, di mana pria meletakan tangannya pada bahu wanita (mo mi olo). Tarian ini tidak menggunakan alat musik sebagai pengiring, tetapi mengandalkan alunan syair yang dinyanyikan oleh wanita (no wama) lalu dibalas oleh pria yang mengeluarkan suara-suara melengking (no wuncaka). Isi syair dalam tarian ini dibawakan sesuai dengan pesta adat yang sedang berlangsung.
Petama-tama seorang pria melantunkan sebuah syair (no timbeka) lalu diikuti oleh para pria lainnya (no umpui). Selanjutnya syair tersebut dibalas oleh seorang wanita (no wama). Tarian ini semakin riuh oleh lengkingan suara para pria yang bersahut-sahutan (no wuncaka). Pada bagian-bagian tertentu dalam tarian ini, para pria akan menghentak-hentakkan kaki mereka ke tanah (no haita) dan wanita menekukkan lutut mereka (no odu). Dalam tarian ini hanya seorang wanita saja yang berperan sebagai pelantun syair, sedangkan wanita yang lain hanya melakukan gerakan-gerakan ritmis saja.
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa tarian ini tidak menggunakan alat musik sebagai pengiring. Hal ini berarti bahwa tarian rego muncul ketika masyarakat suku kulawi belum mengenal alat musik. Saat ini sangat jarang generasi muda suku kulawi yang mengetahui tarian ini, sehingga jika tidak dilestarikan, dikhawatirkan suatu saat nanti tarian ini akan punah.
Contoh syair :
Mungku ami, sirowi da bola mu ( untuk acara duka )
(Dunia hanyalah tempat tinggal sementara, Surgalah rumahmu)
Netongo mo le bengi na, nesuwu mo lentora (untuk acara pernikahan)
(Hari semakin larut malam, timbullah rasa rindu)