Sabtu, 19 Maret 2011

TOALUSU - Herry Rahman Millenium 11

0 comments
 
TOALUSU
Cipt. Herry Rahman/Vocal : Herry Rahman

Nisangaka bayangi Toalusu Njumanggaro Ranga Ia Nalusu,
Sakidepa Ane Tomanuru Nanginu Aga Uve Nggaluku
Toalusu Nonturo Rivatu Ripuna Nukayu Ri Bolovatu
Naria Muni Nonturo Ri Salu Ri Pompelono Ritainga Nuavu
Nipotana Tana Ntona Pura Ntalu
Reef:
Ritempona Tona Nosio-sio Toalusu Nipokio-kio
Ane Nasipa Belomo Rikaro Mpandoamo Nerapi Lamoro
Kasi Ranga Topomparikaro Nihajai Niala Nte Oto
Najili Damo Nolipa Mboto Nomparikanto Labi Nuroko
Bandar Sio Nangalimo Oto Toporekap Nomotoron Barumo
Topotulisi Noroko Belomo Yaku Topa Ngali Nenjoyomo
Lamoro Mau Ni Roena Ledo
[ Read More ]
Read more...

Ariel Rekaman Dipenjara

0 comments
 
[ Read More ]
Read more...

Kode-kode Warna untuk Blog/Web

0 comments
 
Check out Kode-kode Warna untuk Blog/Web at http://www.asal-usul.com/2009/05/kode-warna-untuk-blog.html
[ Read More ]
Read more...

Steinberg Cubase

0 comments
 

Cubase adalah produk software musik yang dikembangkan oleh Steinberg untuk merekam musik, tracking, mixing, editing sebagai bagian dari Digital Audio Workstation. Versi pertamanya, hanya dijalankan pada komputer Atari ST dan dicatat hanya melalui MIDI, dirilis pada tahun 1989.

Steinberg Cubase
Steinberg Cubase

Dengan terus dikembangkan, akhirnya pada tanggal 15 Januari 2009, Steinberg mengumumkan bahwa versi baru Cubase 5 telah siap dan resmi luncurkan pada tanggal 27 Januari 2009, memiliki banyak fitur baru termasuk: fitur drum mesin, editing vokal, pitch koreksi, alat ekspresi VST untuk mengedit mudah artikulasi instrumen, peningkatan penanganan data otomatisasi, dan reverb konvolusi VST3 plugin. Versi ini juga mendukung teknologi 64-bit pada Windows Vista dan Windows 7.
Untuk lebih lengkap tentang cubase, anda dapat menuju ke website resminya di http://www.steinberg.net/en/products/cubase/cubase6_start.html, anda juga dapat mendownload demo trialnya sebelum anda memutuskan untuk memakai cubase sebagai aplikasi audio editing anda.

Baca juga tutorial cubase di http://rumahrekam.wordpress.com/category/tutorial/nuendo-cubase/
[ Read More ]
Read more...
Selasa, 15 Maret 2011

ALAT MUSIK TRADISI YANG MASIH BERTAHAN

0 comments
 
Alat musik Tradisi, di Tau Ta’a  Lipu Sabado memiliki alat musik tradisi yang Cukup banyak dan beragam, mulai dari alat musik petik, gesek, tiup maupun pukul. Diantarannya yang sempat didokumentasikan adalah

  • Nggeso adalah alat gesek yang merupakan salah satu dari sekian banyak alat musik yang di miliki oleh tau Ta’a, alat ini semacam biola pada alat musik modern yang terbuat dari : tempurung, kilit binatang seperti kus – kus, bambu, rotan dan kayu apa saja yang penting keras. Beberapa orang yang mahir dan masih sering bermain Ngeso seperti Apa Deni, ApanTuko, Apa Ninu.
  • Du’e adalah alat musik petik satu tali yang terbuat dari kayu mancili, Bambu sebagai pengantar bunyi ke membrane tempurung, dan dimainkan dengan cara dipetik membrane tempurung dirapatkan pada perut dan sesekali dibuka untuk mencari sound lain. Tinggal beebrapa orang saja yang masih bias mempermainkan alat musik ini termasuk APantuko dan apa Deni.
  • Talali adalah alat musik tiup yang terbuat dari bambu berukuran sekitar 50 Cm dengan diameter 2 cm dan memiliki 3 lubang untuk resolusi udara tempat meletakan jari dan hanya memiliki 3 nada. Dengan teknik meniup menggnakan perasaan untuk menemukan sound yang baik dan enak ditelinga. Tinggal bebrapa orang saja yang masih memainkannya, diantranya Indo Ntuko  

  • Talalo adalah alat pukul sejenis garputala terbuat dari bambu berukuran kira kira 75 cm, saat ini tinggal 1 orang yang bisa bermain Talalo hanya tinggal Indo Ntuko.  

  • Tamburu adalah alat pukul yang terbuat dari bambu berdiameter 10 cm dengan panjang bambu 35 cm. di Sabado setiap Pemuda dan anaka anaka juga kaum perempuan dapat mempermainkan tamburu bisa bermain Tamburu. Tamburu iramanya enerjik dan bersemangat, biasanya dipakai dalam Upacara Ritual Mobolong. Sebum ada ganda (gendang) atau jika tidak ada gendang dan gong tamburu dapat dipakai. ( Gambar Alat, Terlampir) 

  • Yori adalah alat musik yang menggunakan getaran dan ditampung dalam rongga mulut sebagai membrane dengan cara ditarik sehngga menimbulkan getaran dan berbunyi. Yoru terbuat dari kulit enau yang dikeringkan, Yori berukuran panjang 10 cm  dan lebar 2 cm. Dilipu sabadao hanya tinggal Indo Tuko yang dapat memainkannya. 

  • Ganda/ Kanda adalah nama alat musik pukul yang biasa kita kenal dengan gendang yang memiliki dua buah kulit menutupi kedua sisinya. Hamper semua pemuda maupun anak anak dapat bermain Ganda ( Gambar Alat, Terlampir) 

  • Kua – Kua adalah alat musik tiup yang terbuat dari bambu berukuran sekitar 50 Cm dengan diameter 1/2 cm dan memiliki 3 lubang untuk resolusi udara.  Hanya Tinggal Indo Ntuko sendiri yang bisa bermain alat ini ( Gambar Alat, Terlampir) 

  • Gongi atau Gong adalah alat musik pukul terbuat dari kuningan yang mereka beli di Toili dan kepulaun sea-sea. Sebagai alat pasangan dari Ganda dipakai untuk upacara adat mobolong, panto. Gongi berukuran diameter 80 Cm dan 70. permain gong hanya dibolehkan dipegang oleh kaum wanita jika melakukan ritual upacara adat. Semua wanita dilipu sabadao dapat memainkannya. 

[ Read More ]
Read more...

Apa itu MASTERING Musik?

1 comments
 
Kalau komiu anak band yang pernah rekaman tentunya sering atau pernah mendengar kata mastering. Apa itu mastering ? Apa perbedaan antara mixing dan mastering ?

Proses mastering yang sering disebut orang sebenarnya lebih tepat dikatakan sebagai Pre Mastering. Namun dalam kenyataannya orang lebih cenderung mengatakannya sebagai Mastering daripada Pre Mastering. Secara natural istilah Pre Mastering inipun berubah menjadi Mastering.

Mastering adalah tahap akhir dalam proses sebuah musik. Mastering dalam bahasa yang sederhana dapat dikatakan sebagai proses polishing musik. Sama seperti furniture yang dipolish biar kinclong, komiu perlu membuat musik komiu menjadi kinclong. Caranya dengan dikirim ke proses mastering.

Apa perbedaan antara Mixing dan Mastering ? Mixing adalah proses balancing multitracks. Saat kita merekam lagu, kita akan menggunakan banyak track untuk merekam alat-alat musik tersebut. Supaya bunyi menjadi seimbang maka kita melakukan proses mixing. Berbeda dengan mixing, dalam proses mastering komiu hanya menggunakan 1 stereo file. 1 stereo file terdiri dari 2 track yaitu kiri dan kanan. Jadi file yang dikirim untuk mastering adalah final mixing komiu, bukan multitracks atau file mentah hasil rekaman.

Apa yang bisa komiu lakukan dalam proses mastering ? Apa yang hanya bisa dilakukan dalam proses mixing ? Apa yang harus diperhatikan saat mixing ?

Balancing
Balancing adalah proses dimana loe menyeimbangkan multitracks. Proses balancing hanya bisa dilakukan dalam proses mixing. Apabila ada track yang terlalu kekencangan atau kekecilan, maka komiu perlu untuk memperbaikinya lagi diproses mixing.

Tuning
Wah vokalisku suaranya fales, tuning gitarku rada out. Bisa ngak diperbaiki di proses mastering? Jawabannya TIDAK. Proses tuning hanya bisa dilakukan sewaktu mixing. Oleh karena itu pastikan semua not-not yang kedengaran fales sudah ditune sebelum dikirim ke mastering session.

Sound Kurang Bersih
Kadang loe merasa sound hasil mixing komiu kurang bersih padahal sound sudah di EQ dan di Filter. Masalah bersih ini dapat diatasi dalam proses mastering.

Sound Kurang lebar
Kok mixingan gue kurang lebar yah, padahal udah dipanning full nih? Don’t worry we can help you to make it wider in the mastering process.

Frekuensi Saling Bertabrakan
Kadang loe memiliki hingga 100 tracks atau lebih saat rekaman. Mau ngak mau pasti ada frekuensi yang saling bertabrakan satu sama lain. Dalam proses mastering komiu dapat membuat frekuensi tersebut menjadi lebih terbuka dan tidak bertabrakan satu sama lain. Dengan demikian bunyi alat-alat musik menjadi lebih jelas terdengar.

Loudness Level
Apakah sound mixing harus kencang ? Jawabannya TIDAK. Banyak Mixing Engineer yang pengen hasil mixingannya kencang. Ini adalah pola pemikiran yang perlu untuk diperbaiki. Mixing sound tidak harus kencang apalagi sampai menaruh limiter (L1, L2 atau L3) di master fader. Dengan menaruh limiter berarti anda membatasi kerja mastering engineer. Usahakan untuk membuat sound mixing yang bagus tanpa menggunakan limiter. Biarkan masalah kencang ditangani langsung oleh mastering engineer. Saat mixing, sisakan 3-6 dBFS headroom dengan posisi master fader tetap di 0dBFS.

Peak
Sering kali komiu keasyikan mixing. Tanpa disadari master fader pun peak (merah). Banyak mixing engineer berpikir secara praktis dengan menurunkan level master fader atau menaruh limiter untuk menghindari peak. Ini adalah cara yang kurang tepat. Posisi master fader harus selalu berada di angka NOL (0). Saat terjadi peak, yang perlu diturunkan adalah level individu track, bukan level master fader. Jangan sampai terjadi peak di individu track. Pengen sound yang kencang saat mixing? Naikkan level monitoring loe..

Sample Rate & Bit Resolution
Usahakan untuk menggunakan sample rate yang sama mulai dari proses recording, mixing hingga mastering. Beritahukan kepada mastering engineer sample rate yang loe gunakan. Apabila final destination komiu adalah CD Audio, maka saat recording cukup menggunakan sample rate 44.1 kHz dan 24 bit. Untuk Video sebaiknya menggunakan sample rate 48 kHz dan 24 bit.

Less is more – Simpler is Better
komiu dapat menggunakan EQ, Compressor, Gate, Reverb, Delay, dll untuk mixing. Gunakan dan kuasai alat-alat ini secara baik dan benar. File lagu dengan kualitas yang terbaik adalah file lagu yang masih murni dari hasil rekaman tanpa harus melewati banyak proses. Usahakan untuk mendapatkan hasil rekaman yang baik. Hindari prinsip “WE CAN FIX IT DURING MIXING/MASTERING”. Saat mixing, usahakan untuk membuat sound yang natural, jangan sampai terlalu boomy atau terlalu tajam. Good Mixing = Good Mastering.

Normalize
Don’t Ever Do This – Not Even Think About It!!

Mastering adalah proses final dan sensitif. Percayakan proses mastering loe kepada Professional Mastering Engineer yang spesialisasi dibidang ini. Saat memutuskan untuk menjadi seorang Sound Engineer, fokuskan diri loe ke satu bidang dimana loe benar-benar menjadi seorang pakar dibidang tersebut. Profesi yang saling merangkap akan membuat hasil kerja komiu menjadi kurang maksimal karena konsenstrasi dan fokus yang terpecah-belah serta dikejar-kejar waktu.
[ Read More ]
Read more...

Arsitektur Tradisional di Sulawesi Tengah

0 comments
 
Arsitektur Tradisional
Daerah Sulawesi Tengah memiliki berbagai bentuk arsitektur tradisional dan teknik pembuatannya beraneka ragam yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dan letak geografisnya, seperti:
Souraja
Souraja merupakan rumah tradisional tempat tinggal para bangsawan, yang berdiam di pantai atau di kota. Kata Souraja dapat diartikan rumah besar, merupakan rumah kediaman tidak resmi dari manggan atau raja beserta keluarga-keluarganya. Rumah orang biasa atau rakyat kebanyakan meskipun bentuk dan ukurannya sama dengan souraja.
Bangunan Souraja berbentuk rumah panggung yang ditopang sejumlah tiang kayu balok persegi empat dari kayu keras seperti kayu ulin, bayan, atau sejenisnya. Atapnya berbentuk piramide segitiga, bagian depan dan belakang atapnya ditutup dengan papan yang dihiasi dengan ukiran disebut panapiri dan pada ujung bubungan bagian depan dan belakang diletakkan mahkota berukir disebut bangko-bangko. Seluruh bahan bangunan mulai dari lantai, dinding balok-balok terbagi atas tiga ruangan, yaitu: Ruang depan disebut lonta karawana yang dibiarkan kosong, berfungsi untuk menerima tamu. Dahulu sebelum ada meja kursi, di ruangan ini dibentangkan tikar atau onysa. Ruangan ini juga untuk tempat tidur tamu yang menginap. Ruangan kedua adalah ruang tengah, disebut lonta tata ugana diperuntukkan bagi tamu keluarga serta lonta rorana yaitu ruang belakang, berfungsi sebagai ruang makan, tapi kadang-kadang ruang makan berada di lonta tatangana. Antara dinding dan dibuat kamar-kamar tidur. Khusus untuk kamar tidur perempuan atau anak-anak gadis biasanya ditempatkan di pojok belakang lonta rorana, maksudnya agar mudah diawasi oleh orang tua. Untuk tamu perempuan dan para kenalan dekat diterima di ruang makan. Ruang dapur, sumur dan jamban dibuatkan bangunan tambahan atau ruangan lain di bagian belakang rumah induk. Untuk menghubungkan rumah induk dengan dapur atau urang avu dibuatkan jembatan beratap disebut hambate atau bahasa bugis Jongke. Di bagian ini kadang-kadang dibuatkan pekuntu yakni ruangan terbuka untuk berangin-angin anggota keluarga. Di kolong dapur diberi pagar sekeliling, sedangkan di bawah rumah induk dibiarkan terbuka dan kadang-kadang menjadi ruang kerja untuk pertukangan, atau keperluan-keperluan lainnya. Sedangkan loteng rumah dipergunakan untuk menyimpan benda-benda pusaka dan lain-lain.
Secara keseluruhan, bangunan Souraja cukup unik dan artistik lebih-lebih bila dilihat dari hiasannya berupa kaligradi huruf Arab tertampang pada jelusi-jelusi pintu atau jendela, atau ukiran pada dinding, loteng, dibagian lonta-karavana, pinggiran cucuran atap, papanini, bangko-bangko dengan motif bunga-bungaan dan daun-daunan. Semua hiasan tersebut melambangkan kesuburan, kemuliaan, keramah-tamahan dan kesejahteraan bagi penghuninya.
[kembali ke atas]

Tambi (Rumah Adat Suku Lore)
Rumah tempat tinggal penduduk disebut tambi, yang merupakan tempat tinggal untuk segala lapisan masyarakat. Yang membedakan rumah sebagai tempat tinggal kalangan bangsawan dengan rakyat biasa terletak pada bubungan rumah, yang mana pada bubungan rumah para bangsawan dipasang simbol kepala kerbau, sedangkan pada rumah rakyat biasa tidak dipasang simbol tersebut.
Rumah Tambi merupakan rumah di atas tiang yang terbuat dari kayu bonati. Bentuk rumah ini segi empat dan atapnya berbentuk piramida terbuat dari daun rumbia atau ijuk. Ukurannya tergantung dari kemampuan masing-masing pemiliknya. Ruangan utama (lobona) dari rumah ini tidak dibagi atas kamar-kamar, hanya di tengahnya terdapat dapur (rapu) yang dilengkapi dengan tungku tempat memasak. Di sekeliling dinding rumah dibuat asari atau para-para yang memanjang sekeliling ruangan utama. Pintu rumah berbentuk empat persegi yang menghadap ke depan. Pada daun pintu diukir dengan motif kepala kerbau. Tangga rumah terbuat dari kayu keras yang bulat dan ditakik. Jumlah anak tangga antara 3-5 buah, tergantung dari tinggi rendahnya rumah tersebut.
Ruang utama berfungsi sebagai ruang tamu di kalangan keluarga, sedangkan para-para (asari) berfungsi serba guna. Selain dipergunakan sebagai tempat tidur yang diberi pembatas, dapat pula berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan harta benda, benda-benda pusaka, atau barang-barang berharga lainnya. Rumah ini tidak berkamar, para penghuninya biasa tidur di ruang tengah dengan menggunakan tempat tidur terbuat dari kulit kayu (nunu).
Pada bangunan-bangunan tradisional dihias dengan berbagai bentuk ragam hias yang menggunakan motif-motif tertentu, terutama motif fauna dan flora. Ragam hias dengan motif fauna terdiri dari pebaula (berbentuk kepala dan tanduk kerbau) dan bati (ukiran kepala kerbau, ayam, atau babi). Ragam hias ini tidak diukir seperti benda-benda ukiran biasa, tetapi hanya dipahat sampai halus dan rapi. Ukiran kerbau merupakan simbol kekayaan pemilik rumah, sedangkan ragam hias babi melambangkan kekayaan, kesuburan dan kesejahteraan pemilik rumah.
Warna yang digunakan dalam ragam hias ini disesuaikan dengan warna asli kayu yang diukir. Misalnya warna untuk ragam hias bati adalah kuning muda, sesuai dengan warna kayu yang digunakan. Dengan demikian ada bermacam-macam warna untuk menghias rumah, antara lain hitam, kuning muda, atau cokelat.
Sedangkan ragam hias dengan motif flora (pompeninie) merupakan sobekan-sobekan kain yang dibuat dari kulit kayu. Kain Yang berwarna-warni tersebut diikat dengan rotan, sehingga terangkai menjadi suatu bentuk ragam hias, yang maksudnya agar penghuni rumah terhindar dari segala gangguan roh-roh jahat. Umumnya bentuk bunga yang sering dibuat sebagai ragam hias rumah. Warna ragam hias ini bermacam-macam, biasanya berwarna merah, putih, kuning, hitam, biru, atau hijau.
Arah menghadap Tambi adalah utara-selatan, jadi tidak boleh menghadap atau membelakangi matahari. Tambi juga memiliki bangunan tambahan yang tidak dapat dipisahkan, yaitu Buho (di Kabupaten Donggala disebut Gampiri), bangunan berbentuk trapezium yang berada pada masyarakat Lore, yang terdiri dari dua lantai. Lantai bawah berfungsi sebagai tempat musyawarah atau menerima tamu, sedang lantai atas digunakan sebagai lumbung padi.
Letak Buho adalah didepan Tambi sebagai bangunan induk karena Buho adalah tempat menerima tamu. Bangunan lainnya yang sangat sederhana disebut Pointua, yaitu tempat menumbuk padi, dimana terdapat lesung yang disebut iso berbentuk segi emapt panjang bertiang 4 buah dan kadang-kadang terdapat pula lesung bundar yang disebut iso busa.
Gampiri (Lumbung)
Gampiri (Lumbung) adalah tempat penyimpanan padi atau hasil pertanian lainnya atau sebagai tempat penyimpanan barang-barang yang sangat berharga yang dimiliki oleh keluarga secara turun-menurun. Model bangunan yang tradisional khas Suku Kaili dan salah satu bangunan tua peninggalan sejarah Suku Kaili. Bangunan ini terletak di Kecamatan Palu Barat.
Baruga (bantaya)
Bentuk bangunan Baruga / Bantaya adalah biasa saja, bangunan ini hanyalah sebuah rumah panggung yang panjang. Ruangannya terbuka tanpa kamar, punya pintu dan tangga di bagian depan samping kiri dan samping kanan atau sering juga dibagian belakang. Dinding setinggi pinggang, lantainya rata. Konstruksi bangunan sama saja dengan rumah-rumah kampung yang ada sekarang tanpa dapur.
Ditinjau dari segi bangunan, disepanjang sejarah Baruga bukanlah tempat dilaksanakannya upacara adat, sebaiknya hanya merupakan bangunan yang berfungsi sosial. Istilah "baruga" hanya dikenal didaerah suku Pamona, sedang didaerah lain dikenal dengan nama Bantaya.
Ada dua macam bantaya dilihat dari sifatnya, yaitu:
  1. Yang bersifat sementara: didirikan disaat keluarga bangsawan mengadakan pesta yaitu sebuah bangunan yang disediakan untuk menampung para tamu, jadi Bantaya hanyalah berupa bangunan tambahan sementara, dan akan segera dibongkar bila pesta telah selesai.
  2. Yang bersifat tetap: adalah hasil swadaya masyarakat yang ditujukan untuk maksud-maksud sosial, seperti;
    • pesta keramaian kampung
    • tempat berkumpul untuk membicarakan hal-hal yang tidak terlalu prinsipil karena yang menyangkut masalah adat dilakukan di Lobo
    • tempat tinggal sementara kaum musafir dari lain kampung
Dari segi artistiknya, bagian luar maupun bagian dalam Baruga (bantaya) tidak ada sedikitpun terdapat hiasan-hiasan, baik ukiran, lukisan atau fariasi-fariasi lainnya.

Lobo (Rumah Adat Suku Kulawi)
Lobo memiliki bentuk empat persegi panjang, berfungsi tempat musyawarah, melaksanakan pesta adat, menyambut tamu-tamu kehormatan dan sebagai tempat penginapan bagi orang-orang yang melanjutkan perjalanan.

Lobo dimasa pemerintahan raja-raja berfungsi sebagai pusat kesatuan adat, pemerintahan dan kebudayaan. Para bangsawan (maradika) sebagai pemegang tampuk pemerintahan, para ahli cendekiawan adat dan orang-orang penting mengadakan musyawarah di dalam bangunan ini untuk membicarakan masalah yang berkaitan dengan:
  1. Perumusan suatu undang-undang, peraturan-peraturan adat
  2. pelaksanaan pemerintahan yaitu dalam hal-hal memberangkatkan dan menerima pasukan perang
  3. pemutusan/mengadili perkara-perkara terhadap setiap pelanggaran, penyelewengan dan kejahatan. Pelaksanaan hukuman bisa dilaksanakan di Lobo atau di tempat lain misalnya di pohon kayu ditengah hutan atau di pinggir-pinggir kali, menurut jenis dan macamnya perbuatan
  4. dalam hal-hal yang menyangkut perekonomian: kapan dimulai membuka kebun,sawah atau ladang; kapan dimulai bertanam, menuai, pengaturan perairan dsb.
  5. disamping hal-hal ersebut Lobo juga menjadi tempat dilaksanakannya pesta-pesta adat, sehubungan dengan:
    1. keselamatan kampung, supaya terhindar dari berbagai macam penyakit menular, bala serta kutukan dewa akibat adanya perbuatan sumbang.
    2. pengucapan syukur berhubungan dengan hasil panen yang baik
    3. menyambut/memberangkatkan pasukan perang
    4. menyambut tamu-tamu terhormat dari luar daerah
Ruangan Lobo telah diatur sedemikian rupa sesuai dengan fungsinya yang serbaguna. Lantai terdiri dari tiga tingkat, bagian tengah adalah ruangan berbentuk segi panjang dengan tiang raja di tengah-tengahnya yang disebut "padence", diperuntukkan bagi rakyat biasa duduk, tempat mengatur makan/minum, dan tempat menari dan menyanyi. Dibagian kiri kanan pintu menyebelah berbentuk seperti panggung / balai-balai (± 60 cm diatas padence) adalah khusus diperuntukkan bagi para kaum bangsawan pemerintah dan pemangku adat, ruangan ini disebut "palangka".
Dibagian samping menyebelah ada lagi palangka yang tingginya ± 40 cm diatas padence diperuntukkan bagi para tamu dari luar kampung yang dianggap terhormat.
Satu hal yang penting diketahui bahwa tidak sembarang orang diperkenankan masuk dalam Lobo, kecuali dalam hal-hal tertentu yang dianggap amat penting. Dengan demikian Lobo bukanlah bangunan yang berfungsi sosial, bahkan oleh sebagian orang dianggap bagunan yang keramat, agung dan suci. Patutlah kalau peneliti berkebangsaan Swedia, Dr. W. Kaudern menyebutnya dengan istilah "temple".

Lobo mempunyai bentuk yang sederhana, tetapi cukup unik. Alat-alat modern belumlah terlalu banyak campur tangan dalam proses pembuatannya. Belandar tiangnya dari kayu-kayu bundar asli dari hutan, dikupas kulit luarnya kemudian dihaluskan dengan parang. Kayu bundar tersebut berdiameter rata-rata 40 cm.
Dinding, tiang badan rumah keliling, belandar bagian atas umumnya dari balok/papan dengan ukuran rata-rata ± 40 X 10 cm, demikian juga lantainya. tapnya dibuat dari papan, semacam sirap tetapi lebar dan sedikit tebal, dibagian atas (bumbungan) ditutup dengan ijuk.
Semua pertemuan tiang dengan belandar, belandar dengan belandar, dinding, lantai, bahkan konstruksi bangunan Lobo belum mempergunakan paku (besi), semuanya serba cuak, sistim lidah-lidah, kait mengait dan tali temali pakai rotan. Tiang-tiang dipinggir dari kedua pintu muka dan belakang serta semua tiang-tiang penongkat belandar badan bangunan berbentuk papan lebar dan tebal yang dihiasi pahatan kepala kerbau berbagai motif terletak dibagian dalam dan luar. Pahatan kepala kerbau ini adalah langsung senyawa dengan tiang/dinding.
Tiang-tiang tersebut diatas sekaligus merupakan sebagian dinding Lobo yang diantara-antaranya dimasukkan papan melintang lebar ± 40 cm dua lembar adalah merupakan dinding yang juga berpahatkan kepala kerbau. Tangga Lobo terbuat dari kayu balok antere yang dibelah dengan model tangga bertrap-trap terdiri dari 5 sampai 7 trap. Bagian akhir tangga melangkah keruang padance model pahatan kerbau tertidur.Setiap pendatang yang masuk langsung menginjak pada pahatan itu sebelum masuk pada ruang padence.
Batang-batang kayu bercabang sebesar lengan terpancang disamping tiang pintu masuk dan dibeberapa tiang lainnya tegak terikat adalah tempat bambu-bambu saguer digantungkan.
Hal-hal lain yang sering orang tidak perhatikan adalah bahwa tiang tidak boleh terbalik, balok atau belandar-belandar yang letaknya melintang harus berlawanan dengan arah jarum jam atau berputar kekanan (ujung pohon dibagian kanan). Hanya satu bagian putar kiri yaitu kayu pengikat kaso bagian bawah (dibawah atap paling akhir), ini maksudnya ialah untuk mematikan apabila yang sudah terpasang.
Inilah sebagian dari keunikan konstruksi Lobo, semuanya serba diatur, diperhitungkan menurut petunjuk para ahli adat dan bangunan, demi keselamatan rakyat dan pemerintah yang membangun dan memanfaatkan Lobo.
Konstruksi Lobo:
  • Perawatu: batu-batu yang berfungsi sebagai alas bangunan Lobo seluruhnya
  • Pangoto: empat balok bendar menumpang diatas parawatu ikut lebar badan Lobo
  • Paduncu: memanjang ikut badan Lobo 2 buah balok bundar menumpang diatas pangoto
  • Palangka: tiang-tiang yang menongkat balok memanjang ikut badan Lobo, tertancap diatas 2 buah pangoto sebelah menyebelah pinggir kanan dan kiri dan paduncu
  • Pangketi: balok segi empat yang ditongkat tiang palangka
  • Pomulu: diatas pangketi melintagn lagi balok-balok agak lebih kecil bundar
  • Pembiti-Pomulu: balok bundar besar diatas momulu yang berfungsi sebagai penjepit/penekan pomulu
  • Pomulu-langa: balok diatas pembiti-pomulu memanjang ikut panjang badan Lobo
  • Pomulu-late: melintang diatas pomulu-langa.
Perlengkapan yang ada di dalam Lobo antara lain adalah:
  • Beberapa buah tambur besar tergantung dibagian dalam
  • Beberapa buah karatu, semacam gendang panjang mempunyai pinggang dibagian belakang
  • Tombak, dan
  • Perisai
Palava
Palava adalah rumah panggung berbentuk empat persegi panjang. Digunakan sebagai tempat tinggal masyarakat suku Kaili. Pada bagian atas terdiri dari serambi, ruang tidur, ruang tamu, dan dapur. Pada bagian kolong rumah tempat menyimpan alat transportasi tradisional gerobak dan peralatan pertanian.

Kataba
Kataba adalah rumah panggung berbentuk empat persegi panjang dengan konstruksi tiang merupakan landasan (pondasi), sehingga kelihatannya bertingkat. Rumah ini berfungsi sebagai rumah tinggal suku Kaili. Didiami keluarga besar yang biasanya dihuni tiga sampai empat keluarga.

Sumber: Perpustakaan Daerah Propinsi
Jl. Banteng No. 6 Palu Telp. (0451) 482490
[ Read More ]
Read more...

Blogger templates

Blogger news

Kareba Dopa NAVAI

Popular Posts

Facebook